Thursday, May 1, 2008

Tunai atau Kredit?

Saat ini pembelian barang-barang elektronik di superstore sering kali menawarkan pembelian barang secara kredit. Tawaran-tawaran tersebut seolah memberikan keringanan bagi pembeli dengan iming-iming bunga 0%. Padahal sebelum seseorang dapat membeli secara kredit barang-barang tersebut, pembeli diwajibkan mempunyai Kartu Kredit. Itupun dengan janji proses yang mudah dengan cara mengisi formulir dan foto kopi KTP.

Pertanyaannya sekarang apakah kartu kredit itu diperlukan. Sepintas lalu memang seolah memberi kemudahan, tetapi perlu diingat bahwa Bank penerbit Kartu Kredit juga ingin memperoleh keuntungan dari nasabahnya dengan memberikan pinjaman sejumlah dana yang dapat digunakan. Hitung punya hitung rata-rata Bank membebankan biaya bunga sebesar 3-4%. Angka tersebut memang kelihatannya kecil tapi perlu diingat itu adalah persentase per bulan, jadi kalau disetahunkan akan menjadi 36-48%.

Logikanya barang yang dibeli dengan kredit akan harganya akan naik sebesar 10-20%]
Misalkan seseorang membeli handphone seharga Rp 1.500.000, sementara kemampuan pembeli hanya membayar uang sebesar Rp 250.000 perbulan. Maka secara diatas kertas dapat dihitung sebagai berikut :

1.500.000 : 250.000 = 6

Tetapi perhitungan sebenarnya adalah sebagai berikut

Bulan I Rp 250.000 Sisa Hutang 1.250.000 + (1.250.000x3%) = 1.287.500
Bulan II RP 250.000 Sisa Hutang 1.037.500 + (1.037.500x3%) = 1.068.250
Bulan III RP 250.000 Sisa Hutang 818.625 + (818.625 x3%) = 843.183
Bulan IV RP 250.000 Sisa Hutang 593.183 + (593.183x3%) = 610.979
Bulan V RP 250.000 Sisa Hutang 360.979 + (369.979x3%) = 371.808
Bulan VI Rp 250.000 Sisa Hutang 121.808 + (121.808x3%) = 125.462
Bulan VII sisa hutang adalah yang harus dibayarkan Rp 125.462

Dengan kata lain harga barang tersebut naik Rp 125.462, belum lagi ditambah dengan dengan biaya transfer pembayaran Rp 7.500 x 7 = Rp 52.500 jadi keseluruhannya adalah Rp 177.962

Sementara barang elektronik yang dibeli mengalami penurunan harga setelah 6 bulan, dan produk baru pun bermunuculan dengan fitur yang lebih maju dengan harga yang sama.

Kata kuncinya adalah displin menabung. Kalau memang belum mempunyai uang untuk membeli tunai, sebaiknya urungkan saja membeli barang-barang tersebut. Karena hutang adalah beban, seolah penghasilan bulan mendatang sudah di makan dulu.


Jadi saran saya dari pada membayar kredit, lebih baik menabung secara displin. Memang kebiasaan yang baik itu susah, karena harus dilatih terus-menerus.

1 comment:

Klinik Anugerah said...

Saya juga memang berpikir seperti mas Martin. Kredit itu pada umumnya mendorong konsurmerisme saja.
Tapi ada gunanya juga jika dipakai untuk hal2 yang produktif yang hasilnya bisa melebihi dari nilai bunganya. Tolong tulis lagi artikel2 yang membawa manfaat seperti ini.